Bapak
Sunarno
Kota Solo, sebagaimana dengan kota-kota besar lainnya, penuh dengan masalah sosial, yang satu diantaranya adalah pengangguran. Kondisi ini menyebabkan timbulnya berbagai profesi kelas gurem seperti profesi pemulung. Kebanyakan pemulung tinggal di gubuk-gubuk kardus. Lazim dikenal dengan "gubuk derita" atau gubuk darurat. Bangunan-bangunan terlarang ini banyak tumbuh menjamur di sekitar stasiun dan rel kereta api atau di dekat terminal. Setiap hari, mulai dari matahari terbit hingga terbenam, mereka harus mencari rongsokan atau rombengan (barang bekas). Setelah terkumpul, langsung ditimbang dan ditukar dengan rupiah. Tahun 1994, di sebuah gubuk darurat berukuran 4 X 4 meter, terdengar teriakan keras seorang wanita. Teriakan dengan nada penuh amarah dan kesal tersebut berasal dari seorang isteri yang "mangkel" dengan ulah sang suami yang gagal memenuhi kewajibannya pada hari itu. Sunarno, demikian nama sang suami, pada hari itu memang telah melakukan hal yang "gila". Pemulung tersebut telah menukarkan rupiah hasil mengais sampah seharian dengan sebuah buku. Sunarno nekat membeli buku yang bernama BKT warna hitam tersebut. Konon kabarnya BKT keluaran Forever Young tersebut merupakan modal buat hidup senang. Tapi sang Isteri sudah kelewat jengkel. Buku tersebut direbut, kemudian disiram minyak tanah dan langsung dibakar. Sunarno hanya bisa melongo di pojok gubuk, menyaksikan amukan sang isteri. Dasar Sunarno, ia tetap ngotot untuk terus bisa merubah nasib. "Saya sudah bosan mencium bau sampah kotor, yang saya cium setiap hari. Kadang sehari makan cuma sekali. Itupun cuma nasi dan tempe tok !" Walau BKT sudah dibakar, Sunarno tetap BO dengan cara "gerilya". Mulai dari Pos ronda hingga warung kopi. Kepada setiap orang yang ditemui di jalan selalu menyapa dengan perkataan :"Kamu kenal Forever Young ?". Sehingga banyak tetangganya yang menganggap Sunarno sudah tidak waras lagi. Waktu terus berjalan secepat anak panah yang lepas dari busurnya. Motivasi yang kuat dari Sunarno untuk mengakhiri pekerjaan pemulung membuatnya semakin gila untuk terus BO.
Walau waktu itu modal utamanya cuma nekat dan BKT. Namun hasilnya luar biasa. Juni 1994 Sunarno bisa bisa menduduki posisi Network Manager (NM). Bahkan tahun berikutnya Junior Network Director (JND) diraihnya. Tahun 1996, tepatnya pada bulan Pebruari, di sebuah Hotel Berbintang Empat yang sangat terkemuka di Kota Yogyakarta, Forever Young menyelenggarakan sebuah acara seremonial"Penghargaan Leader Teladan dan Penyematan Pin Leader Baru." Salah seorang distributor yang berhak meraih predikat Network Director itu adalah Bpk. & Ibu Sunarno dari Kota Solo. Ya, Sunarno yang berbahagia pada malam itu adalah Sunarno yang 3 tahun sebelumnya masih menggendong keranjang sampah. Pekerjaan sebagai Pemulung telah ditinggalkan untuk selama-lamanya. Sunarno tidak lagi mengenakan baju "rombeng". Sunarno kini telah mengenakan setelan jas dan dasi, plus pin Emas. Tangan kiri memegang BKT, tangan kanan memegang handphone canggih. Gubuk darurat telah berganti dengan rumah mewah berlantai 4. Di depannya diparkir beberapa kendaraan roda empat dan dua, yang tentu saja semua itu milik Sunarno. Sunarno kini adalah Senior Network Director yang diraihnya pada september 1996. Bonus puluhan juta rupiah setiap bulan, perjalanan tur ke Amerika dan Eropa, Asia (Singapore) sudah dinikmatinya. Sunarno juga mengelola Stockist AD17 Solo. "Sukses dan Bahagia bisa ditempuh dan diraih ketika saya mengenal dan masuk Forever Young.", demikian tutur Sunarno. Terakhir Beliau mendapat kehormatan menjadi pembicara tamu dalam acara bisnis SOLUSI Rhenald Kasali di ANTEVE. Beliau memaparkan bagaimana beliau mengikuti cara cerdas yang ditawarkan oleh Tim Pebisnis Nasional.
|
Sejak 16 Juni 2003 --- By my LifeStyle Network. |